Susun Renstra Lima Tahun, BKSAP Serap Masukan Akademisi FISIP UI
PARLEMENTARIA, Depok - Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR, Mardani Ali Sera, mengatakan bahwa BKSAP DPR tengah menyusun Rencana Strategis (Renstra) lima tahun dengan tagline berdaya, berdampak, dan berpengaruh agar efektivitas diplomasi antarparlemen dapat dioptimalkan.
“Untuk berdaya, kita harus punya kekuatan; untuk berdampak, kita harus memberikan sesuatu; dan untuk berpengaruh, kontennya harus kuat. Karena itu, berbagai hal akan kita lakukan. Hari ini, kami datang ke Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) untuk eksplorasi peluang kolaborasi, dan alhamdulillah banyak sekali masukan yang kami terima,” ujar Mardani saat memimpin Tim Kunjungan Kerja BKSAP di Kampus FISIP UI, Depok, Jawa Barat, Kamis (21/11/2024).
Politisi dari Fraksi PKS ini menjelaskan bahwa diplomasi antarparlemen yang dilakukan BKSAP bersifat non-binding, namun secara politik tetap memiliki kekuatan yang mengikat. Dia mencontohkan wilayah South-South Cooperation (SSC) yang bertujuan untuk menjaga eksistensi negara Palestina.
“Banyak sekali masukan yang kami terima dari dosen, akademisi, dan mahasiswa. Input yang kami dapatkan dari diskusi ini menyadarkan kami akan pentingnya segera menyelesaikan tugas kami, yaitu Renstra BKSAP selama lima tahun, yang Insya Allah akan kami launching pada Januari 2025,” jelasnya.
Selain itu, Mardani juga menekankan komitmen BKSAP terhadap isu-isu lingkungan yang menjadi perhatian global. "Ini adalah perkara besar, dan kita sebagai negara ambisius dengan serangkaian produk legislasi yang mendukung pemerintah untuk mencapai target Nationally Determined Contributions (NDCs) yang lebih tinggi dari target yang sudah ditetapkan. Undang-undang perubahan iklim kita sedang terus disempurnakan, termasuk di antaranya undang-undang tentang kehutanan, undang-undang konservasi hayati, dan lain-lain," tuturnya.
Mardani menambahkan, meskipun konversi energi dari batu bara, PLTU, dan diesel ke energi ramah lingkungan akan berdampak besar pada neraca keseimbangan APBN dalam jangka pendek, dampak jangka panjangnya akan mengarah pada penggunaan energi biru (blue energy) atau energi hijau (green energy) yang lebih ramah lingkungan. (jka/aha)