Ketika Legislator Bela Korban Kekerasan Seksual 1998

04-07-2025 / KOMISI X

PARLEMENTARIA, Jakarta - Upaya legislator dalam membela korban kekerasan seksual pada tragedi 1998, yang isunya belakangan menjadi polemik. Air mata pun ikut tertumpah dari dua Legislator perempuan atas empati mendalam mereka kepada korban pemerkosaan dalam insiden kelam ‘98.

 

Dalam Rapat Kerja dengan Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon pada Rabu (2/7/2025) lalu, beberapa anggota Komisi X DPR mengkritik pernyataan Menbud. Wakil Ketua Komisi X DPR My Esti Wijayati menangis kala mendengar jawaban Menbud saat dimintai klarifikasi soal pernyataannya terkait pemerkosaan massal 1998. 

 

Hal ini bermula saat Fadli Zon menyatakan telah membaca data dari Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) mengenai kerusuhan 1998. Namun, Fadli Zon meminta jangan masuk narasi adu domba dari kekuatan asing ketika itu yang ingin mem-framing.

 

Fadli Zon lalu memberikan contoh sebuah tulisan dalam salah satu majalah, di mana ada berita soal pemerkosaan massal yang dinarasikan saat peristiwa terjadi terdengar adanya teriakan takbir. 

 

Selain itu, Fadli Zon menyatakan dirinya mengakui telah terjadi pemerkosaan dalam insiden ‘98. Meski demikian, ia menegaskan hal itu akan sulit diakui secara hukum lantaran tak ada fakta dan pelaku pemerkosaan.

 

Mendengar jawaban Fadli Zon, My Esti menginterupsi. Ia menilai penjelasan Fadli dalam rapat semakin membuat sakit hati. "Pak Fadli Zon ini bicara kenapa semakin sakit ya soal pemerkosaan mungkin sebaiknya tidak perlu di forum ini Pak, karena saya pas kejadian itu juga ada di Jakarta sehingga saya tidak bisa pulang beberapa hari,” kata Esti berdasarkan keterangan pers yang diperoleh Parlementaria.

 

Esti juga menegaskan agar Menbud meminta maaf karena pernyataannya telah memicu kontroversi di kalangan masyarakat. “Dengan melihat polemik yang berkembang dan sudah mulai banyak bagian dari masyarakat yang terluka, maka dengan segala hormat saya meminta Pak Menteri untuk meminta maaf kepada publik,” ujar Esti.

 

Senada dengan Esti, Anggota Komisi X DPR Mercy Chriesty Barends juga menyatakan hal yang sama. Ia menilai pernyataan Menbud membuat banyak pihak terluka dan menegaskan kasus-kasus pemerkosaan di ‘98 benar-benar terjadi sebab Mercy mengaku menjadi saksi sejarah kelamnya peristiwa saat itu.

 

“Statement Bapak pada beberapa waktu yang lalu cukup melukai kami semua, terutama kami aktivis perempuan. Kami sangat berharap permintaan maaf. Mau korbannya perorangan yang jumlahnya banyak, yang Bapak tidak akui itu massal, permintaan maaf tetap penting. Karena korban benar-benar terjadi," urai Mercy.

 

Mercy mengaku turun langsung bersama Komnas Perempuan menangani berbagai kasus kekerasan seksual pada saat kerusuhan. Menurutnya, korban kekerasan seksual benar adanya namun tidak berani bersuara.

 

"Kita bertemu dengan yang dari Papua, dari Aceh, dan sebagainya. Tidak satu pun korban berani untuk menyampaikan kasus kekerasannya karena pada saat itu mengalami represi yang luar biasa. Hal yang sama juga terjadi pada saat kerusuhan '98,” ucap Mercy.

 

Mercy pun memberikan tiga dokumen bukti-bukti kepada Fadli Zon untuk menjadi pertimbangannya saat menulis ulang sejarah pemerkosaan massal kerusuhan Mei ‘98. Salah satunya adalah dokumen hasil Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang dibentuk Presiden ke-3 RI BJ Habibie.

 

Menanggapi kritik dari anggota DPR, Menbud Fadli Zon kemudian menyampaikan permintaan maaf jika dinilai kurang sensitif terhadap isu tersebut. Ia mengakui adanya tragedi pemerkosaan ‘98 dan mengutuknya, namun tidak sepakat dengan diksi ‘massal’. Menurutnya jika terdapat perbedaan pandangan terkait peristiwa '98, itu hanya pendapat pribadinya. (aha)

BERITA TERKAIT
Bonnie: Tidak Pernah Ada Kejelasan Siapa Saja 113 Orang Penulis Ulang Sejarah Nasional
04-07-2025 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Semarang – Anggota Komisi X DPR RI Bonnie Triyana mendorong adanya transparansi dalam penulisan ulang sejarah Indonesia, yang tengah...
Mercy Barends Soroti Penulisan Sejarah Indonesia yang Inklusif dan Berpihak pada Kebenaran
04-07-2025 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Padang - Anggota Komisi X DPR RI Mercy Chriesty Barends menekankan pentingnya penulisan sejarah Indonesia yang tidak hanya akurat,...
Apresiasi Dinamika Penulisan Ulang Sejarah, Fikri Faqih: Jaga Akuntabilitas, Harus Beragam Perspektif!
04-07-2025 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Semarang - Komisi X DPR RI melaksanakan kunjungan kerja spesifik ke Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, Jawa Tengah, Kamis (3/7/2025)....
Ketika Legislator Bela Korban Kekerasan Seksual 1998
04-07-2025 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Jakarta - Upaya legislator dalam membela korban kekerasan seksual pada tragedi 1998, yang isunya belakangan menjadi polemik. Air mata...