Mercy Barends Soroti Penulisan Sejarah Indonesia yang Inklusif dan Berpihak pada Kebenaran
PARLEMENTARIA, Padang - Anggota Komisi X DPR RI Mercy Chriesty Barends menekankan pentingnya penulisan sejarah Indonesia yang tidak hanya akurat, tetapi juga inklusif dan mampu menyatukan berbagai perspektif. Hal ini disampaikannya usai kunjungan spesifik Komisi X dalam rangka pengawasan penulisan sejarah oleh Kementerian Kebudayaan ke Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, Kamis (3/7/2025).
Dalam pertemuan tersebut, Komisi X menerima berbagai masukan berharga dari para akademisi, sejarawan, dan budayawan terkait substansi dan metodologi penulisan sejarah. "Banyak sekali masukan yang sangat luar biasa, baik dari sisi substansi maupun kesejarahan," ujar Mercy.
Adapun sejumlah poin krusial yang menjadi perhatian serius dalam penulisan sejarah ini, Petama mengenai narasi tunggal versus kebenaran beragam. Menurutnya, Penulisan sejarah tidak boleh menjadi narasi dan kebenaran tunggal, melainkan harus merepresentasikan kekayaan dan keragaman budaya lokal di setiap daerah secara benar, bertanggung jawab, dan akuntabel.
Kemudian, tambahnya, buku sejarah harus betul-betul mengangkat seluruh kebudayaan Indonesia tanpa mengarah pada kepentingan politik tertentu. Terakhir, Ia mengingatkan pentingnya dialog publik. Ada pandangan agar penulisan tidak dipaksakan harus diluncurkan pada tanggal tertentu, seperti 17 Agustus, karena dialog publik yang mendalam sangat diperlukan.
"Jangan sampai kemudian ditulis dalam satu agenda tertentu dan dipaksakan harus diluncurkan pada tanggal 17 Agustus. Karena itu dialog publik yang memang diperlukan,” tegas Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini.
Mercy menjelaskan bahwa penulisan sejarah ini bersifat literatur dan metodologis, bukan riset primer yang turun langsung ke lapangan, melainkan riset yang berulang. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bagian literatur mana yang diambil dan mana yang tidak, guna mencerminkan prinsip-prinsip keadilan, kejujuran, pengakuan terhadap hak asasi manusia, persatuan, dan integrasi.
"Ini yang paling penting. Tanpa menegasikan kelompok manapun dan hak manapun, harapan kami, buku sejarah ini adalah buku yang ketika kita baca, tidak menimbulkan perasaan-perasaan terluka,” ungkapnya.
Terakhir, ia menyampaikan apresiasi tinggi atas seluruh masukan yang diterima. Ia menegaskan bahwa kunjungan Komisi X ini bertujuan untuk mendapatkan masukan yang akan menjadi input bagi Komisi X dalam mengawal, mengevaluasi, dan memberikan saran terbaik dalam proses penulisan sejarah ini.
"Apa yang kami lakukan ini bukan dialog publik, itu nanti kerjaan kementerian. Hari ini kami datang mendapat masukan dari Bapak/Ibu sehingga bisa menjadi input bagi kami untuk bisa mengawal, mengevaluasi, memberikan masukan-masukan terbaik dalam penulisan sejarah ini," jelasnya.
Ia mengatakan Komisi X akan memastikan penulisan sejarah Indonesia adalah untuk kepentingan bersama. "Kami ingin sejarah Indonesia ini adalah sejarah yang betul-betul diangkat, digali dari Indonesia ini untuk kepentingan kita bersama," pungkas Mercy. (rnm/rdn)