Nasril Bahar Ingatkan PTPN Jangan Abaikan Karet Demi Sawit
PARLEMENTARIA, Medan - Anggota Komisi VI DPR RI Nasril Bahar mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan antara pengelolaan komoditas sawit dan karet oleh PTPN. Menurutnya, kenaikan harga sawit jangan sampai menjadi alasan untuk meninggalkan karet yang juga strategis bagi kebutuhan nasional. Ia menegaskan bahwa Indonesia masih sangat membutuhkan pasokan karet domestik.
“Saya pikir masalah karet juga, jangan dibabat habis ya, di dalam melakukan kompensi. Mentang-mentang, hari ini sawit naik harganya, lantas karet (dianggap) tidak memberikan keuntungan yang cukup signifikan,” ujar Nasril kepada Parlementaria saat mengikuti kunjungan kerja spesifik Komisi VI DPR RI ke Medan, Sumatera Utara, Kamis (3/7/2025).
Ia menyoroti kebutuhan dalam negeri akan produk turunan karet, seperti ban, yang saat ini sebagian besar masih diimpor. Hal ini, menurutnya, menjadi kerugian bagi negara karena devisa terus keluar, padahal bahan bakunya tersedia di dalam negeri.
“Negara kita masih butuh karet lho. Negara kita masih butuh ban lho. Nah, dan hari ini juga kita masih banyak ban impor,” kata Politisi Fraksi PAN ini.
Nasril meminta agar tidak ada keputusan gegabah yang mengorbankan komoditas karet demi sawit. Ia menekankan perlunya keseimbangan dalam kebijakan agribisnis, agar industri tidak bergantung pada satu jenis tanaman saja.
“Ini kan, devisa kita kan terbang keluar. Nah, ada yang harus dikonversi, ya, dan tapi ada yang harus dipertahankan,” ungkapnya.
Menurutnya, Indonesia juga merupakan salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Oleh karena itu, sangat disayangkan jika PTPN mengabaikan potensi tersebut karena terlalu fokus pada sawit.
“Karena juga negara kita salah satu juga penghasil karet terbesar, jangan karet itu hilang dari peredaran PTPN sendiri,” kata Nasril.
Ia pun mengingatkan bahwa keuntungan sawit saat ini bersifat situasional. Jika suatu saat harga karet kembali naik, Indonesia bisa berada dalam posisi sulit jika sektor ini sudah ditinggalkan.
“Hari ini sawit untung, lantas kita semua sawit. Bagaimana ke depan kalau harga karet naik? Kita impor. Kan nggak mungkin. Kan gitu,” tegasnya.
Ia menekankan bahwa Indonesia seharusnya mengekspor, bukan mengimpor, komoditas seperti karet dan produk turunannya. Kebijakan jangka panjang harus mempertimbangkan semua kemungkinan pasar global.
“Sebaiknya kita harus ekspor. Saya pikir itu yang harus dimatangkan dalam mengambil kebijakan, dalam hal konversi antara karet ke sawit, gitu,” jelas Nasril.
Nasril juga menekankan pentingnya mempertahankan keberagaman komoditas yang dikelola oleh PTPN. Menurutnya, selain sawit dan karet, ada juga teh dan kopi yang memiliki nilai strategis tinggi.
Adapun jika pengalihan lahan dari karet ke sawit didasarkan pada kondisi tanah, hal itu masih bisa diterima. Namun, ia mengingatkan bahwa banyak lahan sebenarnya cocok untuk karet, hanya saja pengelolaannya tidak serius. (gal/rdn)