Rizki Natakusumah: Perluas Peluang Kerja Sama, Diplomasi Tarif Indonesia-AS Harus Resiprokal
PARLEMENTARIA, Tangerang Selatan - Anggota Komisi I DPR RI Rizki Aulia Rahman Natakusumah menilai langkah diplomasi perdagangan yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto dengan Amerika Serikat (AS) merupakan bagian penting dari upaya menjaga hubungan strategis kedua negara. Namun demikian, ia menekankan bahwa hasil negosiasi tarif terbaru harus dievaluasi secara cermat agar benar-benar memberikan manfaat bagi perekonomian nasional.
“Hubungan yang baik dengan negara kuat seperti Amerika Serikat itu sangat penting tapi kita juga harus menekankan hal-hal yang membawa keuntungan untuk ekonomi kita,” ujar Rizki kepada Parlementaria usai agenda Kunjungan Kerja Komisi I DPR RI ke Kodiklat TNI, Kota Tangerang Selatan, Banten, Kamis (17/7/2025).
Ia pun menyampaikan dukungannya atas upaya Presiden Prabowo dalam memimpin langsung negosiasi bilateral, baik dengan Amerika Serikat maupun mitra strategis lainnya seperti Uni Eropa dan Tiongkok. “Kami dari Fraksi Partai Demokrat, bagian dari koalisi pemerintah, tentu mendoakan dan mendorong agar beliau sukses dalam memimpin negosiasi ini,” ujarnya.
Menurutnya, diplomasi tarif bukan hanya soal angka bea masuk, tetapi juga menyangkut relasi politik, kepentingan pertahanan, hingga posisi tawar Indonesia di panggung global. Ia menilai pendekatan diplomasi ekonomi yang dilakukan Presiden Prabowo bisa memperluas peluang kerja sama di sektor lain, termasuk modernisasi alutsista dan teknologi pertahanan.
“Dari segi teknis kemarin sudah disampaikan oleh Presiden, ada hal-hal yang akan kami tindak lanjuti di DPR. Tapi prinsipnya, hubungan perdagangan harus bersifat resiprokal: untung dua belah pihak,” tegasnya.
DPR melalui Komisi I DPR RI, ujarnya, juga akan mendorong penguatan koordinasi lintas kementerian, khususnya antara Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Perdagangan, agar diplomasi perdagangan dapat diarahkan untuk melindungi kepentingan dalam negeri. “Kami akan membahas lebih lanjut dalam rapat bersama mitra kami di Kementerian Luar Negeri. Kita perlu tahu apa posisi kita kemarin, peran Indonesia dalam negosiasi, dan apa yang perlu kita perbaiki ke depan,” ungkapnya.
Seperti diketahui, AS merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan nilai ekspor Indonesia ke AS pada 2024 mencapai lebih dari USD 25 miliar. Sektor manufaktur, tekstil, dan produk olahan karet merupakan yang paling terdampak oleh penyesuaian tarif.
Menutup pernyataannya, Politisi Fraksi Partai Demokrat itu menyampaikan bahwa dalam era ketidakpastian global, Indonesia perlu terus memperkuat posisi diplomatiknya dengan mengedepankan kerja sama yang adil dan strategis. “Ke depan, kita perlu menegosiasikan ulang skema yang tidak hanya menguntungkan dari sisi politik, tapi juga berdampak langsung terhadap kesejahteraan rakyat dan pelaku industri kita,” pungkasnya. (um/aha)