Sukamta: Konflik Iran-Israel Berakar dari Pembantaian di Gaza
PARLEMENTARIA, Jakarta - Koordinatoriat Wartawan Parlemen (KWP) bekerja sama dengan Biro Pemberitaan DPR RI menggelar diskusi Dialektika Demokrasi dengan tema ‘Langkah Konkret Antisipasi Dampak Meluasnya Perang Israel-Iran’ di Gedung Nusantara I, DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (26/06/2025).
Dalam diskusi tersebut, Wakil Ketua Komisi I DPR RI Sukamta menegaskan bahwa akar persoalan ketegangan antara Iran dan Israel sejatinya bersumber dari konflik Gaza yang hingga kini belum terselesaikan.
“Soal Timur Tengah ya secara umum akar masalah Iran dengan Israel ini kan soal Gaza. Jadi memang selama persoalan utamanya ini belum selesai ya persoalan ikutan ini bisa meletus suatu waktu,” ujar Sukamta.
Ia berharap seluruh pihak, baik Israel, Amerika Serikat, maupun Iran, mampu menahan diri dan tidak melakukan tindakan provokatif. Menurutnya, kondisi saat ini sebenarnya sudah mencapai situasi win-win meski dalam kondisi yang buruk.
“Amerika dan Israel sudah melakukan tindakan yang bisa menghambat pengayaan proses uranium-nya Iran, sehingga dalam waktu yang sangat singkat mungkin Iran tidak punya kemampuan lagi untuk membuat bom atom,” jelasnya.
Namun di sisi lain, Iran berhasil menunjukkan kekuatan militernya dengan meluncurkan rudal-rudal balistik yang dinilai spektakuler. “Itu membuat Iran ini menjadi hero, menjadi pahlawan bagi siapapun atau negara manapun yang menentang apa yang dilakukan Israel di Gaza,” tambah Politisi Fraksi PKS ini.
Ia juga menyoroti bahwa ketegangan ini tidak lepas dari dinamika politik dalam negeri Israel sendiri. Ia menyebut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sedang tertekan akibat skandal korupsi dan desakan dari keluarga sandera serta oposisi dalam negeri.
“Dia memerlukan tools untuk konsolidasi politiknya. Di sisi lain, apa yang dilakukan Israel di Gaza sudah terekspos ke seluruh dunia. Wajah sesungguhnya Israel terbongkar,” ungkapnya.
Menurutnya, kekejaman Israel di Gaza, termasuk penembakan terhadap warga sipil yang sedang antre makanan, menjadi catatan kelam yang tidak bisa lagi disembunyikan dari mata dunia.
“Kalau tidak ada noise di luar, pasti ini akan menjadi sorotan dunia yang semakin tajam. Tapi sekarang perhatian dunia justru tertuju pada rudal yang berseliweran di langit, bukan pada bumi Gaza, tempat manusia-manusia dilaporkan ditembaki,” katanya.
Lebih jauh, Ia menilai serangan Israel ke Iran tidak sepenuhnya berkaitan dengan isu nuklir, melainkan lebih pada upaya penyelamatan muka Netanyahu dan Israel di tengah kecaman internasional atas genosida di Gaza.
“Jadi urusan Israel menyerang Iran sebetulnya lebih ke penyelamatan muka dan political survival-nya, bukan ancaman nuklir Iran. Ya itu hanya dalih yang ditampilkan hari ini,” tegasnya.
Sukamta juga melihat respons dunia, baik negara-negara Barat maupun Rusia dan Tiongkok, lebih cenderung bersikap hati-hati. “Mereka wait and see, tidak serta-merta mendukung Israel,” tambahnya.
Ia pun menyinggung kuatnya lobi Zionis di Amerika Serikat yang mempengaruhi kebijakan luar negeri negara tersebut. “Di Amerika itu lobi Zionis kuat sekali. Kira-kira 500 juta dolar digulirkan tiap tahun untuk melobi para politisi dan Gedung Putih,” bebernya.
Terakhir, doktor lulusan kampus di UK itu pun berharap ketegangan tidak berlanjut ke eskalasi yang lebih besar, yang bisa berdampak pada stabilitas global, termasuk perekonomian dunia.
“Mudah-mudahan dengan konteks itu, tidak ada eskalasi yang serius sehingga tidak mengganggu perekonomian dunia,” pungkasnya. (gal/rdn)