Rahayu Saraswati Dorong Pembentukan Ekosistem Komprehensif Ekonomi Kreatif
PARLEMENTARIA, Ambon - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Rahayu Saraswati mengapresiasi atas langkah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dalam mendorong pengembangan ekonomi kreatif, khususnya di bidang musik di Ambon. Meski demikian, ia menyoroti masih adanya sejumlah tantangan yang dihadapi para pelaku ekonomi kreatif, seperti akses distribusi, pasar, hak cipta, dan promosi karya.
“Sebenarnya dari Kementerian Ekonomi Kreatif tadi sudah memberikan pemaparan bahwa mereka setelah inkubasi sekarang akselerasi. Karena memang tadi disampaikan bahwa mereka bisa di daerah-daerah itu bisa untuk produksi sendiri. Namun distribusinya yang menjadi tantangan. Jadi bagaimana mereka bisa memastikan adanya akses kepada pasar, adanya pengakuan hak cipta mereka. Dan tentunya bagaimana banyak orang bisa mengetahui tentang karya-karya mereka," ujarnya kepada Parlementaria usai memimpin kegiatan Kunjungan Kerja ke RR Studio Kayu Putih, Ambon, Rabu (12/6/2025).
"Nah itu yang tentunya kita apresiasi dari Kementerian Ekonomi Kreatif. Bisa hadir mengisi kekosongan di situ atau memperkuat apa yang dibutuhkan oleh kawan-kawan pelaku ekonomi kreatif, khususnya di bidang musik dalam hal ini,” lanjutnya.
Dalam kesempatan itu, Ia menekankan pentingnya penciptaan ekosistem ekonomi kreatif yang komprehensif dari hulu ke hilir agar masyarakat di seluruh Indonesia dapat berkarya sekaligus menikmati hasil karya tersebut.
“Untuk 5 tahun ke depan kita perlu adanya ekosistem. Dan ini yang kita terus tekankan kepada Kementerian Ekonomi Kreatif. Bagaimana menciptakan ekosistem yang menyeluruh dari hulu ke hilir. Supaya masyarakat dimanapun mereka berada di Indonesia bisa berkarya dan menikmati hasil dari karya-karya itu,” jelasnya.
Lebih lanjut, legislator yang akrab disapa Sara ini menyoroti pentingnya peran lembaga keuangan dalam mendukung pengembangan ekonomi kreatif, termasuk dengan memanfaatkan hak kekayaan intelektual sebagai agunan.
“Kita perlu untuk adanya sistem itu, karena sudah dari periode yang lalu ditetapkan bahwa hak cipta atau bahkan IP ya, kekayaan intelektual mereka itu bisa digunakan sebagai jaminan, sebagai agunan. Nah ini yang kita perlu untuk perbankan itu get with the program.Jangan sampai kita ketinggalan dengan daerah-daerah negara-negara lain, yang sudah memberikan pengakuan yang sangat luar biasa, dan menggunakan karya-karya anak bangsa mereka masing-masing sebagai soft power. Seharusnya kita juga bisa melakukan hal yang sama,” katanya.
Ia mengingatkan juga bahwa penguatan pariwisata tidak cukup hanya mengandalkan destinasi semata, melainkan harus terintegrasi dengan pengembangan ekonomi kreatif seperti kerajinan, seni pertunjukan, hingga produk budaya. Sebab dari temuannya, ke manapun berwisata, akan selalu ada produk budaya seperti suvenir dan pertunjukan.
“ Ada hal-hal yang bisa dibawa pulang selain dari hanya apa yang dilihat juga dinikmati (secara) pengalaman-pengalaman. (Ini) Yang harus dikembangkan dari sektor ekonomi kreatif. Salah satunya yang dilakukan oleh Ambon dan Maluku adalah dari segi musik. Itu menjadi fokus utama dan saya rasa sangat luar biasa jika itu bisa dikembangkan lebih,” pungkasnya. (hal/aha)