Tak Hanya Tren, Qris Jadi Simbol Kemandirian Ekonomi Indonesia

28-05-2025 / KOMISI XI

PARLEMENTARIA, Denpasar - Sistem pembayaran digital QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) terus menunjukkan dominasinya sebagai alat transaksi pilihan di Indonesia, bahkan menembus pasar internasional. Kebanggaan ini tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dan Bank Indonesia sebagai penggagas, tetapi juga telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup masyarakat, khususnya generasi muda.

 

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Fauzi Amro menilai QRIS adalah salah satu produk sistem pembayaran yang menjadi kebanggaan bangsa, dengan hampir 70 juta pengguna di kawasan Asia Tenggara, bahkan India dan beberapa negara lainnya telah menunjukkan minat untuk bekerja sama.

 

"Ini alat transaksi, alat pembayaran kita yang sangat luar biasa," ujarnya, kepada Parlementaria, di Denpasar, Bali, Rabu (28/5/2025).

 

Lebih lanjut, ia menjelaskan bagaimana QRIS telah menjadi gaya hidup di kalangan anak muda, Gen Z, dan millenial. "Kadang-kadang mereka nggak bawa cash gitu loh, bawa hanya handphone, anak-anak Gen Z itu luar biasa," tambahnya. QRIS juga disebut sebagai simbol kedaulatan, harkat, dan martabat sistem pembayaran yang ada di Indonesia.

 

Terkait negosiasi menjadi sorotan dalam hubungan dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat, di mana AS menyoroti beberapa aspek terkait implementasi QRIS, Fauzi memiliki harapan besar agar sistem pembayaran QRIS tidak diubah, meskipun ada opsi penggunaan kartu Visa atau Mastercard.

 

"Jadi, kalaupun negosiasi nanti dilanjutkan, kita berharap jangan merubah sistem pembayaran baik apakah lewat visa card maupun mastercard. Kan kita sudah ada visa card ada, mastercard juga sudah ada gitu loh. Tapi QRIS adalah kebanggaan kita," jelasnya.

 

Meskipun demikian, menurutnya, tidak ada paksaan bagi masyarakat untuk menggunakan sistem pembayaran tertentu. Pasar lah yang pada akhirnya menentukan pilihan masyarakat.

 

"Orang itu merasa nyaman seperti apa? Kita kan tidak melarang Visa, kita tidak melarang Master, gitu loh. Kita juga tidak melarang QRIS. Nah, orang nyamannya di mana? Kan pasar yang menentukannya itu," jelasnya.

 

Namun, ia menilai minat masyarakat terhadap QRIS memang sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh efektivitas, efisiensi, dan keterjangkauannya yang telah mencapai pelosok desa dan mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). QRIS juga dinilai sebagai alat sistem pembayaran yang menjadi kedaulatan bagi warga dan bangsa Indonesia.

 

"Qris itu alat sistem pembayaran yang menjadi kedaulatan bagi warga dan bangsa Indonesia, kebanggan kita," tegasnya.

 

Sejak diluncurkan pada 2019, QRIS terus mengalami bertumbuhan. Hingga Maret 2025, sebanyak 38,10 juta merchant telah menggunakan QRIS dengan pengguna sebanyak 56,28 juta dan volume transaksi sebanyak 2,62 miliar. Aktivitas pembayaran QRIS antarnegara menunjukkan trend meningkat dan akan terus diperluas ke negara lain sejalan dengan penggunaan local currency transaction. (bia/aha)

BERITA TERKAIT
Marwan Cik Asan: NTT Butuh Sentuhan Fiskal Lebih Besar untuk Kejar Ketertinggalan
30-05-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Manggarai Barat -Anggota Komisi XI DPR RI Marwan Cik Asan, menyoroti perlunya intervensi fiskal yang lebih besar dan terarah...
Pinjaman Himbara untuk Koperasi Merah Putih Mesti Transparan dan Jelas
29-05-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Denpasar - Anggota Komisi XI DPR RI, Melchias Marcus Mekeng, menyambut baik wacana permodalan Koperasi Desa Merah Putih melalui...
Melchias Mekeng Optimis Ekonomi Bangkit, Pemerintah Harus Genjot Belanja dan Investasi
29-05-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Denpasar - Meski sempat mengejutkan dengan penurunan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama, Anggota Komisi XI DPR RI Melchias Marcus...
Tak Hanya Tren, Qris Jadi Simbol Kemandirian Ekonomi Indonesia
28-05-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Denpasar - Sistem pembayaran digital QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) terus menunjukkan dominasinya sebagai alat transaksi pilihan di...