Miris! Aktivitas Bongkar Muat di Makassar New Port Lebih Banyak Impor, Bikin Rupiah Tergerus

07-07-2024 / KOMISI V

PARLEMENTARIA, Makassar - Dalam Kunjungan Kerja Spesifik ke Makassar New Port, Anggota Komisi V DPR RI Sigit Sosiantomo mengindikasikan adanya aktivitas impor yang lebih besar dibanding aktivitas ekspor di Makassar New Port. Karena itu, ia mendorong agar stakeholder terkait di Makassar New Port juga harus mengupayakan agar komoditas ekspor juga menaik, satu di antaranya dengan cara penguatan pelayaran nasional.

 

“Itu kan presentasi PT Pelindo. Angkutan bongkar muat itu bongkarnya lebih tinggi, dibanding muatnya. Artinya barang datang lebih banyak daripada barang keluar yang diangkut. Komoditas lokal yang diangkut keluar lebih sedikit dibanding barang yang datang. Dan dugaan saya itu barang-barang impor. Jadi kita ini jadi pasar impor, pasar barang-barang impor,” kata Sigit kepada Parlementaria saat ditemui usai Kunjungan Kerja Spesifik Tim Komisi V DPR RI ke Makassar New Port, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (5/7/2024).

 

Politisi Fraksi PKS ini juga menegaskan, bahwa pernyataan ia ini tidak dibantah oleh Direktur Investasi PT Pelindo yang juga turut hadir dalam Rapat Kunjungan Kerja Spesifik ke Makassar New Port. “Dan tidak dipatahkan oleh Pak Kepala Pelindo, Direktur Investasi Pelindo. Memang. Kita harus memperkuat pelayaran nasional agar angkutan muatnya itu lebih besar. Mengalahkan angkutan bongkar,” sambungnya.

 

“Komoditas lokal yang diangkut keluar lebih sedikit dibanding barang yang datang. Dan dugaan saya itu barang-barang impor. Jadi kita ini jadi pasar impor, pasar barang-barang impor”

 

Meski Makassar New Port mendapatkan banyak pendapatan melalui banyaknya aktivitas bongkar, namun Makassar Legislator Dapil Jawa Timur I ini menilai perlu juga ada penyeimbangan antara aktivitas bongkar dan muat. Hal ini guna tidak mengganggu aktivitas ekonomi di sekitar daerah tersebut.

 

“Pendapatan banyak tapi dari impor barang banyak. Dan tau kan anda bahwa industri tekstil kita collapse. Karena apa? Impor barang-barang. Atau impor tekstil dari Cina. Banyak material-material itu impor. Sementara material-material domestik yang bisa kita jual ke luar negeri rendah. Dan itu menyebabkan tekor kita di devisa. Nilai rupiah kita jadi turun. Coba kalau kita kuatkan angkutan muat untuk ekspor. Maka rupiah kita akan semakin menguat. Banyak efek-efek yang bisa kita kaji lebih jauh lagi,” pungkasnya. (we/rdn)

BERITA TERKAIT
Bandara Soetta Kian Sesak, Komisi V Usulkan Perluasan Lahan dan Pembenahan Distribusi Lalu Lintas Udara
12-07-2025 / KOMISI V
PARLEMENTARIA, Tangerang - Ketua Komisi V DPR RI, Lasarus, mengingatkan pemerintah dan pengelola bandara untuk segera mengantisipasi lonjakan pergerakan penumpang...
Lasarus Soroti Pelayanan Bandara Soetta: Tata Kelola Harus Profesional
11-07-2025 / KOMISI V
PARLEMENTARIA, Tangerang - Ketua Komisi V DPR RI, Lasarus, menegaskan pentingnya penataan sistem pelayanan dan tata kelola Bandara Internasional Soekarno...
Komisi V Bersama Tujuh Mitra Sepakati Pagu Definitif RAPBN 2026: Siap Perjuangkan Tambahan Anggaran!
10-07-2025 / KOMISI V
PARLEMENTARIA, Jakarta - Komisi V DPR RI bersama 7 (tujuh) kementerian dan lembaga yang menjadi mitra kerjanya, menyepakati penetapan pagu...
Komisi V Apresiasi Program BSPS Bagi Masyarakat Tidak Mampu
10-07-2025 / KOMISI V
PARLEMENTARIA, Jakarta - Ketua Komisi V DPR RI, Lasarus mengapresiasi program BSPS (bantuan stimulan perumahan swadaya) yang diselenggarakan oleh Kementerian...